Dinas Ketapang Perkuat Ketahanan Pangan Warga Melalui KWT
BEKASI - Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) kabupaten Bekasi memonitoring Kelompok Wanita Tani Melati (KWT) Burangkeng yang berada di kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Rabu, 24 Agustus 2022. Kepala Bidang konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bekasi, Risna Ayu Pratiwi, mengatakan monitoring untuk pengajuan usulan anggaran dari tahapan pengembangan karena proses validasi dan verifikasi sudah selesai. "Sudah masuk juga ke rekening kelompok Rp15 juta untuk pengembangan ini tahap awal baru Rp11 juta yang diturunkan kepada KWT yang ada di Kabupaten Bekasi untuk kebutuhan di kelompok," jelas dia, Rabu, 24 Agustus 2022. "Masing-masing yang dananya dari Kementerian dan kebetulan 2022 ini terakhir. Karena 2023 kami sudah berubah jadi Badan Pangan Nasional (bapanas) yang di mana kewenangan dari P2L ini ada di Ditjen Hortik Kementerian Pertanian," sambung dia. KWT Melati, tutur dia, sudah menjadi wadah edukasi untuk anak-anak dan banyak kunjungan juga dari TK untuk edukasi dan cara menanam tanaman sayuran dan ada juga yang bisa dia bisa bawa pulang. "Zaman sekarang kan anak-anak susah untuk makan sayuran gitu, jadi ketika mereka melihat sendiri mungkin memacu mereka untuk suka makan sayur. Mereka bisa bermain di sini dengan melihat tanamannya langsung dan mudah-mudahan bisa membantu lah itu. Memang kita sosialisasikan gerakan makan sayurnya," jelas Risna. Produk KWT boleh dijual karena Dinas Ketahanan Pangan pun memiliki anggaran pemasaran produk pangam. "Yang di mana hasil jualnya itu juga untuk kebutuhan KWT sendiri seperti mereka membeli benih lagi membeli bibit atau untuk perbaikan misalkan ada yang rusak atau ada, jadi untuk digunakan lagi ya memang untuk pertumbuhannya kayak gitu," kata dia. "Ini kan (tumbuhan yang ditanam, Ed) variasi ya. Saya pertama tahu kan datang ke sini tanamannya kacang panjang lalu ada terong, ada jagung berarti kan bervariasi di tanaman-tanamannya," sambungnya. Semua itu dapat dijual lagi tapi tidak semua dengan yang supermarket karena merupakan organik dan tidak menggunakan pestisida gitu. "Jadi sayuran aman, harga juga terjangkau hasil buat membeli benih lagi ya atau ntuk penggunaan keluarga sendiri," katanya. KWT di Kabupaten Bekasi ada lima yaitu di Pebayuran, Tambelang, Karangbahagia, Muaragembong, Babelan dan Setu. "Ini sebenarnya sudah berkembang sudah banyak itu (produk) dari hasil laporan-laporan juga dari penyuluh pendamping Alhamdulillah ya apalagi kayak di Muaragembong kemarin," kata dia. "Waktu saya wawancara warganya, waktu harga cabe 120.000 per kilo mereka menjual 40.000 per kilo. Ini sangat membantu walaupun hanya sekitaran, itu membantu," demikian dia Lurah Burangkeng Nemin meminta warga turut berpartisipasi pada program ketahanan pangan. Dia juga meminta Dirjen Ketahanan Pangan dan juga dia ketahanan pangan Kabupaten Bekasi tidak hanya sebatas kegiatan saja lakukan monitoring tetapi harus terus mengembangkan bagaimana program ketahanan pangan bisa bermanfaat karena merupakan suatu kebutuhan. "Kalau masyarakatnya malas bercocok tanam ini pasti akan hilang. Harus ada produsen dan konsumen. Kalau konsumennya banyak tetapi tidak ada produsen mau bagaimana," tutur Nemin. Dia berharap para penduduk bisa memanfaatkan lahan kosong di kiri dan kanan rumah yang bisa digunakan. "Jadi asal ada kemauan pasti masyarakat bisa bercocok tanam. Kalau cabe mahal kacang mahal jangan teriak kepada pemerintah, tapi teriak kepada suami akibat malas bercocok tanam," tutur dia. "Kalau tanam saja 5 pohon cabe, saat harga cabe meningkat tidak usah beli cabe," sambungnya. KWT Melati Burangkeng memiliki green house seluas 20 meter persegi untuk pembibitan, dan juga kebun demplot seluas 500 meter persegi. Produk yang telah dihasilkan meliputi pakcoy, sawi, terong, dan lainnya.(dim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: